Inilah riwayatku bersama bakteri tuberculosis yang hidup di paruku.
Sejak bulan April 2021, sudah ada gejala sesak di dada, sakit di punggung, muncul sekali-kali saja, lalu hilang. Aku hanya merasa ini hanyalah masuk angin dan maag kambuhan. Kuabaikan.
Memasuki bulan Ramadhan, aku merasa kondisi agak menurun. Nafsu makan semakin turun, biasanya kalau buka puasa aku sangat lahap, tapi tahun ini agak berbeda. Mungkin lambungku sudah semakin akrab dengan maag, sekarang ia sudah upgrade ke GERD, pikirku. Aku jadi sering minum obat maag di bulan puasa ini, padahal biasanya hampir tidak pernah!
1 Mei 2021 – Aku vaksinasi sinovac di Istora Senayan.
3 Mei 2021 – Badan mulai masuk angin, pegal-pegal. Post-effect dari vaksin pikirku.
4 Mei 2021 – Badan semakin pegal, cepat lelah, tapi masih bisa bekerja di siang hari. Malamnya aku drop. Inilah puasa Ramadhan terakhirku di tahun ini.
5 Mei 2021 – Tepat 1 minggu sebelum Idul Fitri, aku tidak masuk kantor, tumbang. Aku pergi ke UGD RS Rawalumbu, dikasih obat demam dan maag biasa.
7 Mei 2021 – Tidak ada peningkatan, aku pergi ke RS Hermina Bekasi, konsultasi dengan dr Reza, spesialis penyakit dalam. Cek darah, demam berdarah dan tipus negatif. Aku dipulangkan, dikasih obat antibiotik dan obat maag dosis tinggi. Setiap malam aku selalu terbangun karena mual, demam, berkeringat. Setiap hari semakin mudah lelah, mulai intens batuk kecil.
11 Mei 2021 – Kondisi semakin memburuk. Aku kembali ke dr Reza, ia menanggapi cepat. Aku cek lab lebih lanjut untuk untuk cek reaksi imun dan diabetes, aku juga menjalani ronsen paru. Reaksi imunku sangat tinggi, nilai CRP 117 dari maksimum toleransi normal 5. Diabetes negatif. Dari hasil ronsen paru, terdapat flek. dr Reza mengarahkan aku ke dokter paru. Aku tidak sanggup. Aku minta dirawat sore itu juga karena dokter paru sudah tidak praktik. Di malam hari, di ruang isolasi, terdengar sayup-sayup suara takbir. Ah, rindunya…
12 Mei 2021 – Dini hari, aku terbangun, sesaknya semakin terasa, sakit dada, sakit perut, demam, berkeringat. Combo. Inilah rasa sakit terparah yang aku alami setelah aku dirawat karena demam berdarah di tahun 2008. Perawat mendatangiku memberikan obat dan alat bantuan pernafasan. Di pagi hari aku merayakan Idul Fitri di ruang perawatan isolasi dengan ber-dzikir kepada Yang Maha Kuasa. Di pagi itu juga, karena ngantuk berat dan lemas, aku dibawa perawat ke ruangan USG dengan kursi roda. Dari USG itu terdeteksi cairan di paru kiri (efusi pleura) sekitar 300 cc. Punggungku ditandai sebanyak 3 titik lokasi penyedotan cairan paru (pungsi pleura). Papa, mama, dan istriku datang membawakan lontong opor ayam. Aku senang sekali, tapi ketahuan dr Reza katanya jangan makan santan dulu. Ya ta apalah..setidaknya sudah merasakan sekali makan lontong opor ayam tradisi lebaran keluarga kami. Mudah-mudahan karena perasaan senang ini imunku jadi naik. Jam 14:00, dr Adria, spesialis paru, datang. Paru-paruku disedot. Ampun sakitnya. Sedotan pertama tidak begitu berhasil, dilanjut ke titik ke-2. Sakitnya sudah tidak begitu berasa (mungkin faktor psikologis), keluar cairan paru 650 cc. Aku sangat kelelahan. Aku istirahat setelahnya.
13 Mei 2021 – Dini hari, aku terbangun lagi karena sakit. Setelah cairan dibuang, nafasku sudah cukup membaik, tapi masih memerlukan alat bantuan pernafasan di malam hari, walaupun tidak seintens malam sebelumnya. Pagi ini, pertama dalam hidupku aku meminum OAT merah (OAT = Obat Anti Tuberculosis). Kalau minum OAT ini kencing jadi oren pekat kemerahan, keringatnya juga bau obat. Efek samping obat ini sangat kuat, membuat pusing, keleyengan, dan mual bak orang mabuk.
14 Mei 2021 – Kondisiku membaik, semua hasil lab baik. Tidak ada gangguan ginjal dan hati dari konsumsi OAT sehingga aku dinyatakan bisa pulang. Horee…
Sekarang, aku masih harus tetap rutin minum obat sampai 6 bulan ke depan (plis gak mau lebih). Yang masih aku rasakan saat ini adalah mudah lelah, sesak napas, batuk, dan sakit di dada kiri. Sebenarnya aku belum dinyatakan positif Tb 100%, karena masih menunggu hasil lab cairan paru seminggu setelah pungsi pleura. Walaupun demikian, dari semua gejala yang kualami dan hasil visual cairan paru ya memang sangat mengindikasikan Tb sehingga dr Adria memberikan aku OAT. Mudah-mudahan hasilnya nanti tidak ada komplikasi ya. Anakku yang kedua juga ternyata juga suspect Tb, doakan besok 17 Mei 2021 hasil tesnya negatif, dan tidak ada lagi Tb hinggap di keluarga ini. Cukup aku sajalah yang terakhir…
Segala puji bagi Allah, pemilik semesta alam. Semoga selalu merahmati kami. Aamiin…